Jumat, 15 Mei 2015

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan Fraktur



A.     Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.
Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.
B.     Pelaksanaan P3K
Sebelum melaksanakan Tindakan P3K maka perlu dilakukan tahapan awal sebelum P3K yaitu:
1.   Penolong mengamankan diri sendiri ( memastikan penolong telah aman dari  bahaya)
2.   Amankan Korban ( evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang lebih aman  dan nyaman.
4.   Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya korban baru.
5.   Usahakan Menghubungi Tim Medis
6.   Tindakan P3K      


1.      Teknik Dalam P3K
a.       Prioritas dalam P3K
 Urutan tindakan secara umum:
1.      Cari keterangan penyebab kecelakaan
2.      Amankan korban dari tempat berbahaya
3.      Perhatikan keadaan umum korban; gangguan pernapasan, pendarahan dan kesadaran.
4.      Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.
5.      Apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.
Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya kita melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat darurat) terlebih dahulu, baru kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimana korban dalam keadaan terancam jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu juga jiwanya tidak bisa terselamatkan.
2.      Pembalutan
Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit, dan mencegah cacat serta infeksi.
a.  Kegunaan pembalutan adalah:
1.      Menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.
2.      Melakukan tekanan
3.      Mengurangi atau mencegah pembengkakan
4.      Membatasi pergerakan
5.      Mengikatkan bidai.


b. Macam-macam pembalutan:
1.      Pembalutan segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.
2.      Pembalut Plester
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik (patah tulang, sendi paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua belah pinggir luka agar lekas tertutup).
       3.     Pembalut Pita Gulung.
       4.      Pembalut Cepat.
Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan pembalut gulung.
3.      Indikasi Pembalutan:
Menghentikan pendarahan, melindungi bakteri/kuman pada luka, mengurang rasa nyeri.

4.      Bentuk dan Anggota Tubuh yang Dibalut:           
a.       Bundar, pada kepala.
b.      Bulat panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada lengan bawah dan betis
c.       Bulat panjang hamper sama ujung dengan pangkalnya, pada leher, badan, lengan atas, jari tangan.
d.      Tidak karuan bentuknya, pada persendian

C.    Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K
Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K - Pengertian P3K adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke rujukan, sedangkan Pertolongan Pertama (PP) adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/ kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar, yaitu suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan pertolongan pertama. Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K Menurut Christopher P. Holstege, M.D. yang sering kita lakukan adalah :
1.      Menoreh bekas luka gigitan hewan berbisa.
Menoreh luka bisa memutuskan tendon, urat syaraf dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Sebaiknya cukup buat ikatan pada luka dengan disertai bidai atau ranting lalu segera bawa ke rumah sakit.
2.      Mengoles mentega pada luka bakar.
Tindakan tersebut dapat menyulitkan tindakan lebih lanjut oleh dokter dan menngkatkan resiko terkena infeksi pada luka bakar.
Cukup dinginkan luka dengan air dingin, jaga kebersihan luka, dan menutupnya dengan kain bersih. Jangan memecahkan atau mengorek bagian luka yang melepuh. Luka bakar dengan kondisi melepuh yang parah harus segera dibawa ke rumah sakit
3.      Menghentikan pendarahan dengan membuat ikatan yang bisa dikencangkan dan   dilonggarkan (torniquet) diatas luka yang mengalami pendarahan.
Tindakan tersebut bisa menyebabkan rusaknya jaringan di daerah luka dan sekitar luka. Tindakan yang benar untuk mengentikan pendarahan adalah menutup luka langsung dengan kain kasa atau kain yang bersih kemudian dibalut dengan rapi dan cukup kencang. Bawa segera ke rumah sakit apabila pendarahan tidak berhenti, luka tetap menganga, terinfeksi atau luka disebabkan oleh gigitan hewan berbisa.

4.      Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang, atau patah tulang.
Tindakan tersebut berpotensi menyebabkan kondisi bengkak bahkan membuat proses penyembuhan menjadi makin lama. Tindakan yang benar adalah dengan meletakan es pada bagian tubuh yang keseleo, otot tegang, atau patah tulang selama 10 menit dan biarkan tanpa es selama 10 menit dan seterusnya setiap 10 menit. Lakukan hal tersebut selama 1-2 hari.
5.      Memindahak korban tabrakan dari dalam mobil ke tempat lain.
Tindakan tersebut malah berpotensi menebabka luka lebih arah. Pada kasus kecelakaan sepeda motor, membuka helm korban malah berpotensi menyebabkan lumpuh atau bahan kematian. Apabla kondisi mobil/ motor yang mengalami kecelakaan tersebut tidak terbakar atau kondisi berbahaya lainnya, biarkan korban hingga datangnya tim medis.
6.      Mengucek mata ketika ada benda masuk ke mata.
Tindakan tersebut bisa menyebabkan luka pada mata. Tindakan yang benar adalah dengan mencuci mata melalui air yang mengalir.
7.      Menggunakan air panas untuk menolong mereka yang sangat kedinginan atau tubuhnya mulai membeku. Bahkan pada kondisi dimana jari jari sudahmulai membeku, terkadang langsung direndam pada air panas.
Tindakan tersebut bisa menyebabkan hal yang membahayakan tubuh. Tidakan yang benar adalah cukup dengan mengunakan air yang cukup hangat atau menggunakan uap yang kering.
8.      Mengosok tubuh dengan alkohol untuk mengurangi demam.
Alkohol bisa menyerap kedalam tubuh dan menyebabkan keracunan terutama pada anak anak. Tindakan yang benar adalah gunakan acetaminophen atau ibuprofen atau segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk demam yang sangat tinggi .

D.    Pengertian Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001).
Fraktur sering disebabkan oleh kecelakaan ataupun bencana alam. Namun, sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia. Misalnya seseorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya, ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usia prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
Jadi, fraktur ialah putusnya hubungan kesinambungan/ diskontinuitas  tulang dan atau tulang rawan. Atau keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Dapat juga dikatakan bahwa, fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng epifisis, atau tulang rawan sendi. Tulang mempunyai daya lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, Apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang).
E.     Penyebab Fraktur
Penyebab terjadinya fraktur, adalah sebagai berikut:
1.      Trauma (benturan)
Ada dua trauma/ benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
a.       Benturan langsung
b.       Benturan tidak langsung
2.      Tekanan/stres yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan fraktur (patah tulang) yang kebanyakan pada tulang tibia, fibula (tulang-tulang pada betis) atau metatarsal pada olahragawan, militer maupun penari.
Contoh: Seorang yang senang baris berbaris dan menghentak-hentakkan kakinya, maka mungkin terjadi patah tulang di daerah tertentu.
3.      Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang dan usia
Kelemahan tulang yang abnormal karena adanya proses patologis seperti tumor maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.
F.     Cara Mengetahui Adanya Fraktur
1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma yang diikuti pengurangan kemampuan anggota gerak yang terkena. Fraktur tidak selalu terjadi pada daerah yang mengalami trauma (tekanan).
2. Pemeriksaan: Perhatikan hal-hal dibawah ini:
a.       Adanya perubahan asimetris kanan-kiri
b.       Adanya deformitas seperti angulasi (membentuk sudut) atau rotasi (memutar) dan pemendekan
c.        Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma)
d.       Pembengkakan
e.        Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak
f.        Palpasi (Meraba dan merasakan)
Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah dengan hati-hati,
a.       Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness)
b.       Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat
c.        Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat
d.       Perhatian
Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan abnormal, misal meraba dengan kuat sekali.
a.       Gerakan
Terdapat dua gerakan yaitu:
1)       Aktif, adalah pemeriksaan gerakan dimana penolong meminta korban menggerakkan bagian yang cedera.
2)       Pasif, adalah pemeriksaan gerakan dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a.       Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera
b.       Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal ini, maka dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf tersebut).
c.        Pemeriksaan Komplikasi
Pada pemeriksaan di bawah daerah patah tulang juga dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a.       Kulit berwarna kebiruan dan pucat;
b.       Denyut nadi tak teraba.
c.        Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme
G.    Tanda Adanya Fraktur
Tanda adanya fraktur, adalah sebagai berikut:
1.      Jari tidak dapat digerakkan
2.      Nyeri yang sangat pada daerah fraktur setempat dan makin bertambah bila digerakkan.
3.      Hilangnya fungsi
4.      Terdapat perubahan bentuk, dapat terjadi angulasi (terbentuk sudut), rotasi (terputar), atau pemendekan.
5.      Nyeri tekanan/ketok
6.      Gerakan-gerakan abnormal.
7.      Pembengkakan. Kecuali frakturnya terjadi jauh didalam seperti pada tulang leher atau tulang paha.
H.    Jenis – Jenis Fraktur
Jenis-jenis fraktur berdasarkan hubungannya dengan dunia luar, adalah sebagai berikut:
1.      Fraktur  tertutup , yaitu bila  kulit  sekitar  intak
2.      Fraktur  terbuka, yaitu bila  ada  luka,  sehingga  kemungkinan  terjadi  kontaminasi  atau  infeksi.
I.       Penanganan Fraktur
Segera setelah cidera, perlu untuk mengimobilisasi bagian yang cidera, apabila klien akan dipindahkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cidera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.
Prinsip penanganan fraktur meliputi, reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan.
Kemudian, sebagai pemeriksaan tambahan biasanya dapat dilakukan dengan tanya jawab dan pemeriksaan fisik yang cermat, diagnosis fraktur sudah dapat ditegakkan. Pemeriksaan pencitraan (seperti roentgen) dapat membantu dalam melihat jenis dari frakturnya sehingga dapat membantu dalam pemilihan terapi selanjutnya. Hal yang perlu diingat dalam pemeriksaan roentgen adalah hasilnya harus meliputi dua sendi, dua sisi, dan dua tulang (kanan dan kiri). Roentgen juga berguna untuk mengevaluasi hasil dari terapi yang diberikan.
J.      Prioritas dalam Menangani Fraktur
Prioritas dalam menangani fraktur, adalah sebagai berikut:
1.      Fraktur spinal
2.      Fraktur tulang kepala dan tulang rusuk
3.      Fraktur extremitas
K.    Tujuan Utama Penanganan Fraktur
Tujuan utama dari penanganan fraktur, adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
a.       Pembidaian, merupakan benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
b.       Pemasangan gips, merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah
2.      Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
a.       Penarikan (traksi)
Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang paha dan panggul.
b.      Fiksasi internal
Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang.

1 komentar:

  1. camillium titanium | Titanium Arts | TITanium Arts | TITanium
    Find Titanium titanium mens rings Art & Design apple watch stainless steel vs titanium on titanium scissors our website. of babyliss pro nano titanium hair dryer C-3 at TITanium, Inc. We titanium damascus are in. -84500 T-3 or T-3 at T-3.

    BalasHapus